Rabu, 04 November 2009

renungan mahluk pelupa

Manusia lahir ke bumi yang hijau dan membaui keasriannya, dengan memperkenalkan dirinya sebagai mahluk pelupa. Ya, manusia adalah mahluk Tuhan yang ditakdirkan untuk lupa, dan mereka kemudian lupa ditakdirkan sebagai manusia, dengan segala keterbatasannya.
Sedari manusia lahir, hingga kemudian dia tumbuh dan melihat dengan mata kepalanya sendiri akan bumi tempatnya berpijak, manusia tak pernah benar-benar ingat. Dia selalu lupa. Melupakan satu-persatu detail dalam kehidupannya yang terlewatkan. Sometimes they forget the scene in their life that they have to remember.
Dan dari sinilah kita mulai berhenti dan merenung. Setiap rangkaian yang terlewatkan dalam hidup kita. Setiap bagian dari drama hidup kita yang terlupakan. Setiap adegan yang dapat mengingatkan kita akan takdir kita sebagai manusia.
Ada seorang ibu yang menanti kepulangan anaknya bekerja, hingga jauh malam. Begitu mengantuk, namun bersemangat menunggu setiap jam berlalu dan yakin anaknya akan pulang dengan segera. Menanti di depan pintu menunggu anaknya yang akan pulang dengan wajah kuyu kelelahan dan kembali segar saat disambut ibunya. Namun si anak malah lupa dengan sang ibu. Si anak pergi dengan teman kantornya dan menikmati dunia malam hingga pagi menjelang.
Seorang Ayah yang begitu menyayangi anak dan keluarganya, hingga dia tak mau tahu darimana asalnya, yang penting mereka dapat merasakan hidup bahagia dengan fasilitas mewah dan segala hal indah dalam bayangannya. Si Ayah pun gelap mata dan melakukan berbagai macam cara untuk membahagiakan anaknya, termasuk melakukan berbagai tindak tak terpuji dan menggelapkan uang perusahaan. Si Ayah lupa, bukan kebahagiaan semu yang diharapkan orang-orang yang disayanginya.
Lalu kita lihat seorang istri yang cantik jelita dan hidup berkecukupan karena suaminya yang begitu sederhana, namun pekerja keras yang ulet. Suaminya yang sederhana itu bekerja keras demi memberikan kehidupan layak bagi istri dan calon anak-anak mereka. Namun si istri lupa dengan perjuangan suaminya, dan berselingkuh dengan alasan membutuhkan perhatian lebih. Dia bosan sendirian diacuhkan suaminya karena alasan kesibukan di kantor. Lupa bahwa semua yang dilakukan suaminya hanya demi kebahagiaan mereka sekeluarga nantinya.
Ada kakak beradik yang senang berbeda pendapat dan seringkali mereka harus bertengkar pelik demi mempertahankan semua kebijakan akan keluarganya. Hingga terkadang mereka saling membenci satu sama lain dan tak mengindahkan semua nasihat dari orang sekitar akan hubungan persaudaraan mereka. Mereka lupa bahwa saat mereka tak punya orangtua, hanya saudara kandung merekalah yang akan ada untuk mereka. Bahwa apapun yang terjadi, keluarga adalah satu dan bukan untuk memecah belah apa yang dilindungi kedua orangtuanya semasa hidup. Bahwa apapun yang mereka lakukan, walau berbeda persepsi, sesungguhnya adalah demi kebahagiaan keluarga yang mereka sayangi.
Ada seorang wanita yang begitu tergila-gila mengejar karier dan semua impiannya. Dia bahkan menghabiskan dan menggunakan waktu yang ada dalam umurnya hanya untuk mengejar semua impiannya. Hingga akhirnya dia melupakan kodratnya sebagai seorang wanita, untuk menikah dan memiliki anak hingga membesarkannya. Si wanita kini telah kehilangan orang yang dicintainya dan dijauhi keluarganya akibat keegoisannya selama ini. Sendirian dan terlupakan oleh orang disekitarnya.
Ada seorang pria yang berjalan dengan acuh tak acuh saat melewati seorang kakek pengemis yang begitu kelaparan dan memohon pertolongan si pria itu. Si kakek merintih sakit di jalanan yang panas dan udara yang membakar dahaga. Namun si pria terus saja melewatinya tanpa peduli. Melupakan bahwa apa yang dialami si kakek bisa saja menimpa Ayah yang dicintai si pria atau bahkan menimpa di pria itu di kala dia tua renta dan hidup tanpa perlindungan dan jaminan sedikit pun.
Ada seorang kekasih yang merintih penuh penyesalan mengetahui kekasihnya meninggal di perjalanan pulang ke rumah. Kini orang tersebut hanya bisa menyesali keangkuhannya selama kekasihnya masih hidup. Dia begitu angkuh dan percaya diri akan semua kebaikan, pengertian, dan cinta yang diberikan kekasihnya. Hingga dia tidak pernah sekalipun menunjukkan balasan akan segala kasih sayang yang ditunjukkan kekasihnya itu. Dia begitu meyakini bahwa kekasihnya memahami perasaan cintanya tanpa harus diungkapkan lagi. Hingga kemudian saat kekasihnya meninggal, dia pun mengetahui betapa merananya kekasihnya karena tidak mengetahui sedalam apa cinta orang tersebut. Dia tahu orang itu mencintainya, namun dia ingin tahu sedalam apa cintanya. Bahwa cinta memang dirasakan, namun tak semua orang cukup hanya dengan merasakan. Terkadang mereka butuh bukti sebagai penghargaan atas kepercayaan dan kesabaran mereka selama ini.
Dan masih banyak kisah para mahluk pelupa. Manusia-manusia yang semakin lama semakin pintar namun tidak berarti semakin bijak. Manusia yang handal dengan berbagai teorinya namun tidak mampu mengakui bahwa tidak semua teorinya telah mereka praktikkan. Manusia yang lupa bahwa dia tidak besar karena dirinya, melainkan karena orang lain membesarkannya.
Lupa, terkadang merupakan suatu hal bijak, jika itu dapat membuat kita melupakan hal-hal menyakitkan dalam hidup kita. Namun, begitu kita melupakan hal-hal menyakitkan itu, maka kita pun melupakan bagian diri kita yang mampu bertahan melewati hal-hal menyakitkan itu dengan luar biasanya.
Lupa, membuat kita lupa bahwa manusia layaknya sweater yang dirajut dengan penuh kesabaran. Perlahan dengan ketekunan kita dirajut hingga akhirnya menjadi sebuah sweater hangat yang mampu melindungi kita dari dinginnya udara. Namun apabila kita lupa, maka sweater itu terlihat bolong di berbagai tempat dan takkan pernah menjadi sweater yang sehangat yang kita butuhkan. Hanya sebuah sweater yang penuh dengan bolong kecil dan tetap dingin saat digunakan. Namun bukan manusia namanya jika kemudian setelah membaca ini, dia melupakan semua renungannya. Karena kita memang ditakdirkan menjadi mahluk-mahluk pelupa.

A Theory

If there’s a theory about love, then love wouldn’t be as emotional as we know.
Love is something random, unexplainable, and unpredictable.
Love is God’s will.
The secret of love is love itself.
Jadi bukan salah Nara nggak bisa mengerti Diska sepenuhnya.
Begitu pula sebaliknya.
Kenapa?
Karena keduanya memaksa untuk memahami satu sama lain, hingga mereka lupa untuk memahami cinta itu sendiri.
Memahami bahwa cinta itu menyatukan perbedaan.

“Kalau aku pake baju ini bagus, nggak?”, tanya Diska.
“Kamu pake baju apapun juga bagus, sih”
Cowok bukan mahluk yang detail dan malas meributkan hal kecil. Namun cewek melihat itu sebagai bukti betapa besarnya perhatian si cowok hingga ke masalah penampilan si cewek. Hingga akhirnya mereka lupa, poin sesungguhnya yang harus mereka ambil adalah ketika si cowok tetap berusaha membahagiakan ceweknya dengan berusaha bersikap peduli.

“Aku udah nggak tahan lagi sama sikap kamu. Kita putus”, omel Diska.
“Kalau menurut kamu itu yang terbaik”, jawab Nara.
Terkadang cewek mudah mengucapkan putus bukan berarti karena mereka benar-benar ingin putus, namun justru karena mereka ingin melihat si cowok mempertahankannya.

“Kamu terlalu cuek, nggak peduli sama hubungan kita”, keluh Diska.
“Kamu yang terlalu berlebihan, selalu minta diperhatiin”, balas Nara.
Andai saja mereka mengakui, bahwa keduanya benar. Terlalu cuek atau terlalu perhatian sama-sama akan mengganggu hubungan mereka.

Selalu saja ada pertentangan diantara keduanya. Yang lucunya, semakin bertentangan, semakin mereka saling tarik-menarik. Sekali lagi, ini bukan teori tentang cinta. Karena cinta itu sesuatu yang acak, tak memiliki suatu pola. Tak punya dosis tepat, dan tak ada panduan penggunaannya.
Setiap kisah memiliki gaya mereka sendiri dalam menuturkannya, merangkainya hingga sepadan melengkapi bagian cerita dalam hidup.
Suatu fenomena klasik, dimana ada saja seorang individu yang terus mengeluhkan akan hubungannya atau pasangannya yang pada kenyataannya, mereka tetap menjalaninya, seberat apapun itu.
Atau bahkan ada individu yang mengaku mati bosan, namun tak bisa melepaskan orang itu dari hidupnya.
Kalau kata ilmu pengetahuan, it’s unexplainable.
Kata agama, it’s destiny.
Kata saya, it’s curse.
Kata orang-orang, it’s love.
Jadi di kala salah satu dari kita ada di sebuah persimpangan dan bingung menentukan apa kita harus bertahan atau menyerah, you should go back to the basic question.

Bisakah kamu tanpanya?

*dedicated to people who tends to forget to forgive

Daftar Blog Saya

Mengenai Saya

Foto saya
I am a product of imagination who dwells in a faraway castle. This blog is not related to my profession in real life but meant to be a tool for me as a human to share my thoughts and notions. This blog was initially started as a project in my college time because I took marketing communication as my concentration but it appears that I need a vessel of my imagination so here we are ! PS: pardon my language or thoughts if you feel it's quite offensive :)

Pengikut

Arsip Blog