Tangan itu terlihat nyaman bertengger di bahu putih sosok anggun berambut panjang itu. Sama nyamannya dengan menyandarnya sosok anggun itu pada si pemilik tangan. Diantara kerimbunan pepohonan yang hijau sejuk Dan temaram cahaya senja yang mengintip dari celah-celah dedaunan,soslk sepasang pria Dan wanita itu terlihat paling wajar di sore itu.
Ada rindu yang samar dilukiskan dua punggung yang berdiri sejajar itu. Mereka terlihat ramah antara satu Dan lainnya,layaknya dua kawan yang sudah lama tidak menjumpai satu sama lain. Kemudian sekali lagi dikatakan,sosok itu semakin terlihat wajar.
Lalu bagaimana yang tidak wajar itu? Apa yang salah Dan tidak pada tempat seharusnya?
Hmm,tidak wajar itu,adalah ketika sosok pria yg merangkul sosok anggun itu adalah milik wanita lain yang sedang mengintip dari kejauhan.Dalam hening sosok itu terjaga mengamati kedua sosok yg dikenalnya akrab.
Bukan amarah Dan bukan kepedihan yang terpancar dari sorot matanya,melainkan kasih sayang yang mengalun dalam batinnya.Ntah apa kata-kata yang tercetus dari bibir pria itu sehingga sosok anggun itu mampu mempertaruhkan segalanya demi sebuah rangkulan.Sosok yang diketahuinya cukup cerdas dalam menerjemahkan bahasan dalam sebuah bahasa.Sosok yang seharusnya tahu mana janji yang sungguh akan terwunud,Dan mana yang hanya rangkaian kata layaknya butiran air yang menguap membentuk awan ringan yang terbawa angin.
Pada kenyataannya,kata-kata adalah representasi dari kepentingan masing-masing pihak. Keberadaannya adalah relatif,yang artinya tidak satu pun dapat terpegang. Bahwasanya adalah kesia-siaan jika kita melemparkan kesalahan pada kata demi kata individu lainnya. Karena tepat sesaat sebelum kita mempercayai kata-kata itu,kita telah lebih dulu mengacuhkan kata hati kita sendiri.Jadi mengapa kita masih memindahkan tanggung jawab itu di saat terlepas Sebuah tindakan dipicu oleh kata-kata. Sesungguhnya,saat kamu membuat keputusan,maka kepemilikan untuk sebab Dan akibatnya adalah dirimu sendiri.
Tersadar,sosok wanita dikejauhan itu bangun dari lamunannya. Suara dering handphonenya berbunyi. Diangkatnya dengan spontan,"ya Pa?".
"Ma,kita jadi makan siang nggak,aku mau masak nih,perayaan hari jadi pernikahan kita".
Si istri,tertegun sejenak. Dilihatnya jam tangannya,lalu diliriknya sosok pria yang masih merangkul sosok anggun itu kini sebelah tangannya sedang memegang handphone.
"Pa,Maaf ya aku tahu hari ini hari jadi kita Dan kebetulan ini jatuh di hari libur. But seems that I'm gonna work until late. Will u b ok ?".
Hening di kejauhan, hingga akhirnya sang suami menyahut,"well,if it's more important,then what can I say? I'm with your bestfriend now. I can invite her to come over to taste my cooking".
"yes,it is. And yes, you may invite Laura to fill my absence. Thanks,Dear.Happy anniversary".